berikan aku jaraj yang paling jauh,
agar aku bisa memastikan kuatnya hatiku padamu
jika benar kau mampu bertahan disaat-saat yang sulit.
lepaskan genggaman ini & pergilah kepada seseorang
dimana engkau merasa nyaman,
jika memang keramahanku tak pernah cukup mengisi senyumu.
dan bila semua masih karena aku...
kembalilah dengan hati yang sama seperti pertama kurasa ia ada...
diare depresiku
Sabtu, 10 Mei 2014
astrid
kukagumi lewat sebuah khayalan
tak tahu kepada siapa aku harus bertanya
dengan siapa dan dimana dirimu..
hanya dapat aku tempuh lewat lamunan
kucoba melupakanmu, namun tak mampu..
aku urung inginku...
dan bila telapak bisa terbuka
mengapa kita harus melipat jari?
tapi bila perasaanmu tak mau menjawab,
maka izinkanlah rasa ini tumbuh dan mengalir,
seperti mata air yang tak kan pernah berhenti mengalir menuju samudera
ku tulis khayal ini hanya padamu
untuk semua ungkapan rasa
dan aku berharap suatu saat kamu mengetahuinya..
tak tahu kepada siapa aku harus bertanya
dengan siapa dan dimana dirimu..
hanya dapat aku tempuh lewat lamunan
kucoba melupakanmu, namun tak mampu..
aku urung inginku...
dan bila telapak bisa terbuka
mengapa kita harus melipat jari?
tapi bila perasaanmu tak mau menjawab,
maka izinkanlah rasa ini tumbuh dan mengalir,
seperti mata air yang tak kan pernah berhenti mengalir menuju samudera
ku tulis khayal ini hanya padamu
untuk semua ungkapan rasa
dan aku berharap suatu saat kamu mengetahuinya..
Jumat, 09 Mei 2014
purnama kala itu
andai langit tak semendung ini,
mungkin kita lebih bisa lama bercinta dibukit ini.
menikmati purnama, merasakan desah nafas yang tertipu dinginya angin.
sekarang sendiri...
aku mengutip asa kata itu dibukit yang pernah kau puisikan dan kau warnai dengan pulas hatimu ini.
degan wajah tengadah dan kelopak mata yang tak pernah tentram menunggu
kau jelajahi dengan sekeping sapa dan senyumu,
yang menyamai manisnya purnama kala itu.
mungkin kita lebih bisa lama bercinta dibukit ini.
menikmati purnama, merasakan desah nafas yang tertipu dinginya angin.
sekarang sendiri...
aku mengutip asa kata itu dibukit yang pernah kau puisikan dan kau warnai dengan pulas hatimu ini.
degan wajah tengadah dan kelopak mata yang tak pernah tentram menunggu
kau jelajahi dengan sekeping sapa dan senyumu,
yang menyamai manisnya purnama kala itu.
telah aku bakar berpuluh-puluh puisi yang tak jadi,
tapi ingatan akan masa lalu masih saja membakar hati yg kini tak lagi sendiri
aku gamang membaca setiap kerinduan yang berteriak dari sudut jantungku
bahasaku hilang...
kesunyian lantas menunggangi lelahku,
aku sakit... rasa yang tidak bisa aku ijinkan lagi disini
gerimis pun seolah mengerti,
perlahan berhenti...
aku langkahkan kaki beranjak pergi
aku hanya sekedar teringat, mendapati kenangan yang semakin menjauh kehilangan asa
yaaah....seiring gerimis kepergianmu dulu.
tapi ingatan akan masa lalu masih saja membakar hati yg kini tak lagi sendiri
aku gamang membaca setiap kerinduan yang berteriak dari sudut jantungku
bahasaku hilang...
kesunyian lantas menunggangi lelahku,
aku sakit... rasa yang tidak bisa aku ijinkan lagi disini
gerimis pun seolah mengerti,
perlahan berhenti...
aku langkahkan kaki beranjak pergi
aku hanya sekedar teringat, mendapati kenangan yang semakin menjauh kehilangan asa
yaaah....seiring gerimis kepergianmu dulu.
Kamis, 17 April 2014
Langganan:
Komentar (Atom)